PERILAKU ORGANISASI : KEBERAGAMAN DALAM ORGANISASI (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PT. DRYDOCKS WORLD PERTAMA BATAM)
2.2
Tingkat-Tingkat Keragaman
Meskipun banyak yang
menyebutkan bahwa keragaman adalah hal umur, ras dan etis, jenis kelamin, agama
dan status disabilitas, para ahli sekarang mengakui bahwa karateristik
demografis tersebut hanyalah permukaan dari gunung es. Demografis umumnya
merefleksikan keragaman level permukaan,
bukan pemikiran atau perasaan, serta dapat mengarahkan stereotip dan asumsi
pekerja dalam menilai orang lain. Meskipun demikian, bukti telah menunjukan
bahwa seiring orang mengenal satu sama lain, mereka kurang peduli dengan
perbedaan demografis jika mereka semakin menyadari karakteristik-karateristik
yang lebih penting seperti kepribadian dan nilai-nilai yang mewakili keragaman level dalam.
Untuk memahami perbedaan antara keragaman
level dalam dan permukaan, pertimbangkan beberapa contoh berikut. Luis dan
Carol adalah rekan kerja yang sekilas tampak memiliki kesamaan. Luis adalah
pria lulusan sarjana bisnis yang masih muda dan baru dipekerjakan, dia
dibesarkan dalam sebuah lingkungan yang berbicara bahasa Spanyol di Miami.
Carol adalah
wanita yang lebih tua dan masa kerja yang lebih lama, dia dibesarkan
dipinggiran Kansas, serta menduduki level di perusahaan saat ini karna usahanya
menapaki karir dengan memulainya sebagai lulusan SMA. Pertama, kedua rekan ini
mugkin mengalami beberapa perbedaan dalam latar belakang pendidikan, etnis,
regional dan jenis kelamin. Meskipun demikian seiring mereka mengenal satu sama
lain,
mereka mungkin
menemukan bahwa mereka berdua sama-sama berkomitmen pada keluarganya,berbagi
satu pola pikir yang sama mengenai masalah-masalah pekerjaan yang penting, suka
bekerja secara kalaboratif, dan berminat pada penugasan internasional dimasa
yang akan datang. Kesamaan level dalam ini akan menutupi perbedaan yang lebih
superficial diantara mereka, dan riset menyatakan bahwa mereka akan bekerja
sama dengan baik.
Disisi lain, Steve dan Dave
adalah dua pria yang belum menikah, kulit putih, lulusan universitas Oregon
yang baru-baru ini mulai bekerja sama. Secara superficial mereka kelihataan
cocok. Tetapi Steve sangat introvert, memilih untuk menghindari risiko, meminta
pendapat orang lain sebelum mengambil keputusan, dan menyukai kantor yang
tenang. Sebaliknya, Dave ekstrovert, menyukai resiko dan asertif, menyukai
lingkungan kerja yang sibuk, aktif, serta energik. Kesamaan level permukaan
mereka belum tentu berujung pada interaksi positif karna mereka memiliki cukup
banyak perbedaan level dalam.akan menjadi tantangan bagi mereka untuk tetap
berkalaborasi dalam bekerja, dan mereka harus membuat beberapa kesepakatan
untuk mengerjakan tugas bersama-sama.
Perbedaan individu dalam
kepribadiaan dan budaya membentuk preferensi atas imbalan, gaya komunikasi,
reaksi kepada pemimpin, gaya negosiasi, dan banyak aspek lainnya dari perilaku
dalam organisasi.
2.3
Diskriminasi
Meskipun keragaman memberikan
banyak peluang bagi organisasi, maanajemen keragaman yang efektif juga berarti
berupaya mengeliminasi diskriminasi yang
tidak adil. Mendiskriminasi berarti memperhatikan perbedaan antara hal satu
dengan hal lainnya, yang sebenarnya tidak selalu buruk. Memperhatikan apakah
seseorang lebih memenuhi syarat merupakan hal penting dalam pengambilan
keputusan untuk menerimanya sebagai pegawai, dalam memutuskan promosi kita
perlu memperhatikan apakah pekerja itu mampu mengambil tanggung jawab
kepemimpinan dengan luar biasa. Saat bicara mengenai diskriminasi, biasanya
kita mengizinkan perilaku kita dipengaharui oleh stereotip mengenai kelompok masyarakat.
Disbanding melihat karakteristik individu, diskriminasi yang tidak adil
mengasumsikan bahwa semua orang dalam sebuah kelompok adalah sama. Diskriminasi
ini sering kali berbahaya bagi organisasi dan para pekerja.
Mekipun banyak tindakan diskriminasi
dilarang oleh hokum serta bukan merupakan bagian kebijakan resmi dihampir semua
organisasi, namun ribuan kasus diskriminasi pekerja tercatat setiap tahun tapi
masih banyak yang tidak dilaporkan. Seiring dilarangnya dismkriminasi, baik
oleh norma hukum maupun social, kebanyakan bentuk-bentuk nyata sudah
menghilang, namun bisa saja berdampak pada meningkatnya bentuk-bentuk yang
lebih tertutup seperti tindakan kurang sopan atau pengucilan.
Seperti yang dapat anda lihat,
diskriminasi dapat terjadi dalam banyak cara, dan efeknya pun bervariasi
bergantung pada konteks organisasi dan pemehaman pribadi anggota-anggotanya.
Beberapa bentuk, seperti pengucilan atau ketidaksopanan, sulit untuk
dihilangkan sepenuhnya sebab sukar untuk diamati dan dapat dengan mudah terjadi
sebab pelakunya tidak menyadari efek dari tindakannya. Baik disengaja maupun
tidak, diskriminasi dapat berujung pada konsekuensi negative serius bagi
pemberi kerja, termaksud menurunnya produktifitas dan perilaku kewargaan,
konflik-konflik negative, dan meningkatkan perputaran pekerja. Diskriminasi
tidak adil juga membuat calon pekerja yang memenuhu syarat mengundurkan diri
perekrutan awal dan promosi. Bahkan sekalipun tuntutan diskriminasi pekerjaan
tidak pernah dilayangkan, suatu dampak kasus bisnis yang kuat dapat terjadi
sebagai upaya agresif untuk mengeliminasi ketidakadilan diskriminasi.
2.4
Karakteristik Biografis
Ø Umur
Hubungan
antara umur dan kinerja mungkin menjadi suatu isu yang semakin penting selama
dekade mendatang karna banyak alasan. Salah satunya, tingkat usia angkatan
kerja diseluruh dunia bertambah. Sebagai contoh, tingkat partisipasi sipil dari
pekerjaan Amerika Serikat di atas umur 59 telah meningkat, dari sekitar 22%
tahun 2002 ke 29% di tahun 2012, dan 93% pertumbuhan angkatan kerja dari 2006
ke 2016 akan berasal dari pekerja diatas umur 54. Alasan lainnya, di Amerika
Serikat secara disengaja, telah menghilangkan keharusan pension. Kebanyakan
pekerja saat ini tidak perlu lagi pension pada usia 70, dan 62% dari mereka yang
berusia 45-60 berencana untuk menunda pension. Mereka melihat sejumlah kualitas
positif yang dimiliki pekerja yang lebih tua terhadap pekerjaanya, seperti
pengalaman, penilaian, etika kerja yang baik dan komitmen terhadap kualitas.
Tetapi pekerja yang lebih tua juga dinilai kurang fleksibel dan sulit menerima
teknologi baru. Ketika organisasi secara aktif mencari individu yang adaptif
dan terbuka atas perubahan, hal-hal negative yang diasosiasikan dengan umur
secara jelas menghalangi perekrutan awal pekerja yang lebih tua dan
meningkatkan kemungkinan memberhentikan mereka saat perusahaan membutuhkan
penghematan.
Riset terkini menunjukan
bahwa diseluruh dunia, pekerja yang lebih tua memiliki masalah psikologis atau
masalah kesehatan harian tidak lebih banyak dibandingkan pekerja yang lebih
muda. Banyak yang percaya bahwa prosuktifitas menurun sejalan dengan umur.
Seiring diasumsikan bahwa keahlian seperti kecepatan, ketangkasan, kekuatan dan
koordinasi melemah sepanjang waktu dan kebosanan atas pekerjaan serta
kekurangnya stimulasi intelektual berkontribusi terhadap penurunan
produktifitas. Meskipun demikian, bukti melawan asumsi itu. Tinjauan atau riset
menemukan bahwa umur dan kinerja tidak berhubungan dan bahwa pekerja yang lebih
tua lebih mungkin terlibat dalam perilaku kewargaan. Pekerja yang lebih tua
cendrung lebih puas dengan pekerjaannya, melaporkan hubungan yang laebih baik
dengan rekan kerja, dan lebih berkomitmen dengan organisasi yang
memperkerjakannya.
Ø Jenis
Kelamin
Sedikit isu
mengawali lebih banyak debat, kesalahpahaman, dan opini yang tidak didukung
dibandingkan apakah wanita mempunyai kinerja sebaik pria. Tempat terbaik untuk
mulai mempertimbangkan ini adalah dengan mengakui bahwa sedikit, jika ada,
perbedaan-perbedaan penting antara pria dan wanita yang mempengaharui kinerja.
Nyatanya, sebuah studi meanalisis terbaru atas kinerja menemukan bahwa wanita
meraih skor yang sedikit lebih tinggi dibandingkan pria dalam ukuran-ukuran
kinerja (meskipun, ,menurut diskusi kita mengenai diskriminasi, pria dinilai
memiliki potensi promosi yang tinggi.) tidak ada peredaan pria-wanita yang
konsisten dalam kemampuan memecahkan masalah, keahlian analitis, dorongan
dompetitif, motivasi, kemampuan bersosialisasi, atau kemampuan belajar. Dalam
dunia perekrutan, riset modern mengindikasikan bahwa manajer masih dipengaharui
oleh bias gender saat memilih kandidat untuk posisi tertentu. Wanita yang
sukses dalam domain pria dinilai kurang disukai, kasar, dan kuranf diinginkan
sebagai atasan tetapi seiring berjalannya waktu wanita dalam posisi puncak
telah melaporkan bahwa presepsi ini semakin berubah dan dapat dilawan dengan
keahlian interpersonal yang efektif.
2.5
Karekteristik biorgafis lainnya : Masa kerja, Agama, Orientasi Seksual dan Identitas kelamin, serta Identitas Budaya
Ø Masa Kerja
Selain perbedaan
jenis kelamin dan ras, beberapa isu lebih disebabkan oleh miskonsepsi dan
spekulasi dibandingkan dampak dari senioritas pada kinerja.
Tinjauan ekstensif telah dilakukan
terhadap hubungan senioritas-produktivitas. Jika kita mengartikan senioritas
sebagai waktu dalam pekerjaan tertentu, bukti terkini menunjukkan sebuah
hubungan yang yang positif antara senioritas dan produktivitas kerja. Jadi,
masa kerja dinyatakan sebagai pengalaman kerja, dilihat sebagai sebuah
prediktor yang baik pada produktivitas pekerja.
Ø
Agama
Tidak hanya orang-orang yang
religius dan nonreligius yang mempertanyakan sistem kepercayaan satu sama lain;
seringkali orang-orang dengan kepercayaan yang berbeda berkonflik. Hukum
federal Amerika Serikat melarang pemberi kerja mendiskriminasikan pekerja
berdasarkan agamanya, dengan sangat sedikit pengecualian. Meskipun demikian,
itu tidak berarti bahwa agama bukanlah isu dalam perilaku organisasi.
Ø
Orientasi
Seksual dan Identitas Gender
Untuk identitas jenis kelamin,
perusahaan semakin menempatkan kebijakan-kebijakan untuk mengelola bagaimana
organisasi mereka memerlukan pekerja-pekerja mereka yang disebut transgender.
Oleh
karena itu, ketika waktu telah berubah dengan pasti, orientasi seksual dan
identitas jenis kelamin tetap menjadi perbedaan individu yang menerima
perlakuan sangat berbeda menurut hukum kita dan diterima cukup berbeda dalam
organisasi berbeda.
Ø Identitas Budaya
Kita telah melihat orang-orang
mendefinisikan dirinya dari sesi ras dan etnis. Banyak membawa sebuah identitas
budaya yang kuat juga, sebuah hubungan dengan budaya atau nenek moyang keluarga
atau masa muda yang bertahan sepanjang waktu, tidak peduli individu itu berada
dalam dunia. Orang-orang memilih identitas budayanya, dan mereka juga memilih
seberapa dekat mereka mengobservasi norma-norma budaya tersebut.
2.6. Kemampuan
Ø Kemampuan Intelektual
Kemampuan intelektual adalah
kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas mental-berpikir, penalaran,
dan memecahkan masalah. Kebanyakan masyarakat menempatkan nilai yang tinggi
pada intelektualitas, dan untuk alasan yang baik. Orang-orang cerdas umumnya
memperoleh lebih banyak uang dan memperoleh tingkat pendidikan yang lebih
tinggi. Mereka juga semakin mungkin muncul sebagai pemimpin kelompok.
Ø Kemampuan Fisik
Meskipun perubahan alami pekerjaan
menyebabkan kemampuan intelektual semakin meningkat untuk banyak pekerjaan,
kemampuan fisik akan tetap bernilai.
Ø Peran Disabilitas
Pentingnya kemampuan dalam bekerja
tampak menciptakan masalah saat kita mencoba untuk memformulasikan kebijakan
tempat kerja yang mengakui keragaman dari sisi status disabilitas.
2.7. Mengimplementasikan Strategi Manajemen
Keragaman
Ø Menarik, Memilih, Mengembangkan, dan Mempertahankan
Pekerja yang Beragam.
Satu metode peningkatan keragaman
tenaga kerja adalah menargetkan pesan rekrutmen yang spesifik pada kelompok
demografis yang kurang diwakili dalam tenaga kerja. Ini berarti menempatkan
iklan dalam publikasi lebih kepada kelompok demografis spesifik dikampus,
universitas, dan institusi lainnya.
Proses seleksi adalah salah satu
tempat terpenting untuk menerapkan usaha keragaman. Manajer yang merekrut perlu
menghargai keadilan dan objektifitas dalam memilih pekerja dan fokus pada
potensi produktivitas pekerja yang baru dipekerjakan.
Kesamaan dalam kepribadian tampaknya
memengaruhi perkembangan karir. Mereka yang sifat-sifat kepribadiannya sama
dengan rekan kerjanya lebih mungkin untuk dipromosikan dibandingkan yang
kepribadiannya berbeda.
Ø Keragaman Dalam Kelompok
Kebanyakan tempat kerja kontemporer
membutuhkan kerja keras dalam tatanan kelompok. Saat orang-orang bekerja dalam
kelompok, mereka perlu menyusun sebuah cara yang sama untuk melihat dan
menyelesaikan tugas-tugas utama, dan mereka perlu berkomunikasi satu sama lain
dengan sering.
Keragaman dalam sifat-sifat dapat
melukai kinerja tim, sedangkan dalam hal yang lainnya justru dapat memfasilitasi
kinerja. Tim yang beragam atau yang homogen yang paling efektif bergantung pada
karekteristik kepentingan. Keragaman geografis (jenis kelamin, ras, dan etnis)
tidak kelihatan baik membantu maupun melukai kinerja tim secara umum. Disisi
lain, tim dari individu-individu yang sangat inteligen, hati-hati, dan tertarik
bekerja dalam tim lebih efektif. Oleh karena itu, keragaman dalam
variabel-variabel ini mungkin menjadi sebuah hal buruk-masuk akal untuk mencoba
membentuk tim yng menggabungkan anggota-anggota dengan kecerdasan, ketelitian,
dan minat bekerja dalam tim yang lebih rendah. Dalam kasus-kasus lainnya,
perbedaan dapat menjadi sebuah kekuatan. Kelompok individu-individu dengan
jenis keahlian dan pendidikan yang berbeda lebih efektif daripada kelompok
homogen.
Ø Program Keragamn Efektif
Organisasi menggunakan beragam usaha
untuk memanfaatkan keragaman, termasuk merekrut dan memilih kebijakan yang
telah didiskusikan, juga pelatihan dan praktik pengembangan. Program tenaga
kerja yang efektif dalam komprehensif mendorong agar keragaman memiliki tiga
komponen yang nyata, Pertama, mereka mengajarkan manajer mengenai kerangka
kerja legal bagi peluang pekerjaan yang sama dan mendorong perlakuan yang adil
atas semua orang tanpa memandang karakteristik demografisnya.
Kedua,
mereka mengajarkan manajer bagaimana sebuah tenaga kerja yang beragam akan
lebih baik dalam melayani pasar yang beragam dari klien dan pelanggan. Ketiga,
mereka mempercepat praktek perkembangan pribadi yang mengeluarkan keahlian dan
kemampuan semua pekerja.
Banyak memperhatikan mengenai
keragamn harus terkait dengan perlakuan yang adil. Reaksi yang paling negatif
atas diskriminasi pekerja adalah didasarkan pada ide bahwa perlakuan
diskriminatif tidak adil.
Pemimpin organisasi harus memeriksa
tenaga kerjanya untuk menentukan apakah kelompok target kurang dibekali. Jika
kelompok kurang diwakili secara proporsional dalam manajemen puncak, manajer
harus mencari tantangan tersembunyi terhadap kemajuan. Mereka sering dapat
meningkatkan praktik rekrutmen, membuat sistem seleksi lebih transparan, dan
memberikan pelatihan untuk pekerja yang belum mendapat paparan materi yang
cukup di masa lalu.
Kesimpulan
Keragaman dalam organisasi merupakan
suatu hal yang sangat penting saat ini. Dengan keragaman, organisasi dapat
memperoleh berbagai pandangan, kemampuan, dan berbagai hal untuk mengatasi
permasalahan organisasi atau perusahaan, dan dapat juga meningkatkan
efektivitas perusahaan.
Pada
umumnya ada dua tingkat keragaman yaitu, keragaman level permukaan, bukan
pemikiran atau perasaan, serta dapat mengarahkan stereotip dan asumsi pekerja
dalam menilai orang lain. Meskipun demikian, bukti telah menunjukan bahwa
seiring orang mengenal satu sama lain, mereka kurang peduli dengan perbedaan
demografis jika mereka semakin menyadari karakteristik-karateristik yang lebih
penting seperti kepribadian dan nilai-nilai yang mewakili keragaman level dalam.
Mengingat
bahwa keragaman dalam organisasi akan sangat berpengaruh pada pengelolaan bisnis
perusahaan, maka seharusnya hal tersebut ditempatkan sebagai salah satu isu
yang menjadi prioritas utama untuk diperhatikan oleh pihak menajemen
perusahaan.
Studi Kasus “Pengelolaan Keragaman
Karyawan di Perusahaan Multinasional” PT. Drydock World Graha.
PT Drydocks World Graha adalah sebuah
perusahaan galangan kapal penanaman modal luar negeri berlokasi di pulau Batam,
Indonesia,dengan investor dari Uni Emirat Arab (lihat Lampiran II). Perusahaan
ini mempekerjakan tidak kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) orang pekerja
lokal (Indonesia) dan asing, dengan status kekaryawanan tetap, kontrak,
dan outsource
Pekerja asing dalam perusahaan tersebut
berjumlah sekitar 300 (tigaratus) orang, berasal dari India,
Bangladesh,Myanmar, Vietnam, Philipina, Malaysia, Singapura dan Belanda. Pada
umumnya pekerja asing ini menduduki jabatan penting tertentu (minimal mandor)
dengan bawahan pekerjalokal Indonesia.
Dengan semakin meningkatnya arus tenaga
kerja asing ke Indonesia, maka situasi-situasi multinasional atau multikultural
yang rawan terhadap konflik keragaman akan semakin banyak tercipta.Keragaman
dengan potensi konflik dapat memiliki konsekuensi yang positif, juga dapat
memiliki konsekuensi yang negatif. Konsekuensi yang positif telah disampaikan dalambagian
1.3, sedangkan beberapa konsekuensi yang negatif adalah :
a. menurunnya produktifitas;
b. melemahnya semangat kerja;
c. meningkatnya rasa tidak puas;
d. meningkatnya ketegangan
dalam organisasi.
Ada 2 (dua) hal yang menjadi
penyebab utama dari timbulnya kasus ini;
Pertama :
terjadinya diskriminasi yang sangat
besar di PT Drydocks ini, berupa perbedaanfasilitas dan gaji, antara
tenaga kerja Indonesia dan tenaga kerja asing.
Kedua :
sebagian besar posisi-posisi kunci dalam
perusahaan di dominasi oleh tenagakerja asing. Mandor, penyelia, dan manajer
lini banyak dijabat oleh tenaga kerja asing,sementara tenaga kerja Indonesia
dalam posisi sebagai pesuruh, tukang, staff, teknisi danposisi bawahan lainnya.
Referention
Judge,
Stephen P.Robbins And Timothy A.2013. Organizational Behavior Ed. 15th. United
States Of Amerika; Precentice Hall.
Robbin
and Coulter (2012), Management, Upper Saddle River, 11th Editions, New Jersey,
Prentice Hall.
terimakasih
BalasHapus